Pages

Ekspedisi Ke Gua Tanpa Nama dan Air Terjun Sawangan



Sabtu, 11 Januari 2013 saya dan kawan-kawan berjumlah delapan orang berniat pergi ke sebuah destinasi menarik dan tersembunyi di kawasan selatan Kabupaten Kebumen, tepatnya di Desa Srati, Kecamatan Ayah. Destinasi tersebut adalah Air Terjun Sawangan dimana air yang mengalir langsung dari sebuah gua yang besar dan turun langsung menuju laut. 

Sebelum dzuhur kita berangkat menggunakan motor sampai disana kami istirahat sebentar dan menunaikan shalat di Musholla depan Kantor Kepala Desa Srati kemudian kami menitipkan kendaraan di rumah warga sekitar, setelah itu kami memulai perjalanan naik bukit. Jalur yang ditempuh naik turun berhiaskan dinding kapur serta kita bisa menemui beberapa bongkah batuan marmer di pinggir jalan. 
Sampai di puncak bukit nanti kita akan disuguhi pemandangan bukit mirip bukit Teletubbies dengan tambahan hamparan biru air laut dan garis horizon. Sebentar terpana dan terkagum melihat hamparan segar tersebut kami kembali melanjutkan perjalanan dan sampai pada sebuah gua yang cukup besar, mungkin lebar mulut gua tersebut 5-7 meter dan tinggi 10 meter lebih, begitu masuk kami sangat terkejut, sudah ada beberapa "hasil seni" tangan-tangan manusia, bekas api unggun, stalaktit, air-air yang menetes dari stalaktit, serta semacam bak di lantai gua. Gua tersebut memiliki jalur ke bawah yang sangat gelap dan lembab, ingin sebenarnya menyusuri gua tersebut namun apa daya, peralatan tidak memadai.
Tidak lupa mengambil foto dan menikmati air alami dari gua tersebut kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Sawangan. Sepuluh menit berjalan, sudah terdengar suara gemuruh air terjun tersebut. Terlihat dari puncak bukit gua yang memuntahkan air langsung ke laut, sambil berteriak girang kami turun. Jalannya cukup curam dan licin, namun tak menghalangi rasa ingin kami mengguyur badan dengan kesegaran air terjun tersebut.
Cukup lama dan ngeri perjalanan kami turun ke air terjun tersebut, akhirnya sampai dan terbayarkan. Gemericik air mengalir melalui batu-batu kapur besar dan membuat kami segera mencelupkan kaki yang lelah ini serta membasuh muka yang lusuh kelelahan. Sambil menaruh kaki di dalam air mengalir kami makan bekal yang kami bawa serta berfoto ria.
Cukup lama kita bermain air dan berfoto membuat kami hampir terlena karena ternyata langit sudah berubah kelabu, tak disangka padahal saat siang begitu cerah. Niat kami mandi berendam di "jacuzzi" alami sambil melihat horizon serta sunset diatas sarang burung lawet namun mendung menciutkan niat tersebut, dan dengan segera kami naik untuk langsung pulang karena jika hujan pasti jalannya akan licain dan berbahaya.
Sampai di puncak, setetes demi setetes air hujan mulai jatuh, tidak menunggu lama kami langsung mengenakan jas hujan dan benar setelah itu hujan langsung mengguyur cukup deras.
Jalur yang kami lalui sekarang berbeda dari jalur awal, yaitu jalur yang biasa dipakai para pencari rumput dan selama perjalanan kami banyak bertemu dengan mereka. Salut dengan mereka, walau sudah keriput mereka kuat naik-turun bukit yang cukup curam menggendong berkilo-kilo rumput bahkan saat hujan sekalipun.
Walaupun tidak sempat melihat sunset dan berendam namun kami tetap senang karena telah menjadi menjejakkan kaki di sebuah "surga" di kampung halaman sendiri. Tak perlu jauh-jauh, tak perlu mahal-mahal untuk sebuah destinasi pariwisata yang amazing dan awesome, bagi saya bisa cukup dengan mau "blusukan" dan mencintai daerah asal sendiri dan menjadi saksi sebuah tempat yang tak kalah indah.

Bagi kawan-kawan yang membaca artikel ini dan berkeinginan kesana jangan lupa persiapan bekal cukup, mantel, dan jangan meninggalkan sampah atau corat-coret di tempat tersebut, cintai alam agar alam juga mencintai kita.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar